keterangan judul

Anda Belajar Kamipun Belajar

Jumat, 09 Desember 2011

Tradisi Santri Dalam Historigrafi Jawa


Salah satu hasil proses Islamisasi di Jawa yang cukup penting adalah lahirnya unsur tradisi
keagamaan Santri dalam kehidupan sosio-kultural masyarakat Jawa. Tradisi keagamaan
Santri ini bersama dengan unsur Pesantren dan Kyai telah menjadi inti terbentuknya Tradisi
Besar (Great Tradition) Islam di Jawa, yang pada hakekatnya merupakan hasil akulturasi
antara Islam dan tradisi pra-Islam di Jawa. Selain itu, Islamisasi di Jawa juga telah
melahirkan sebuah tradisi besar Kraton Islam-Jawa, yang menjadikan keduanya, yaitu tradisi .Santri dan tradisi Kraton, sebagai bagian (subkultur) yang tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan Jawa.
H.J.Benda, menyebutkan bahwa proses Islamisasi di Jawa telah melahirkan peradaban santri
(santri civilization), yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama, masyarakat dan
politik [1]. Sementara Clifford Geertz memandang kehadiran Islam di Jawa telah
menyebabkan terbentuknya varian sosio-kultural masyarakat Islam di Jawa yang disebut
Santri, yang berbeda dengan tradisi sosio-kultural lainnya, yaitu Abangan dan Priyayi [2].
Tradisi sosiokultural Santri ditandai dengan wujud perilaku ketaatan para pendukungnya
dalam menjalankan ibadah agama Islam yang sesuai dengan ajaran syari’at agama,
sementara tradisi Abangan, ditandai dengan orientasi kehidupan sosio-kultural yang berakar
pada tradisi mistisisme pra-Hindu, dan tradisi Priyayi lebih ditandai dengan orientasi
kehidupan yang berakar pada tradisi aristokrasi Hindu-Jawa

Baik Geertz, Benda maupun para ahli Islam di Jawa lainnya, sependapat bahwa tradisi Santri
dan kepemimpinan Kyai atau ulama merupakan unsur kebudayaan Islam-Jawa yang memiliki pengaruh besar terhadap dinamika kehidupan agama, sosial dan politik dalam masyarakat
Jawa dan Indonesia. Kecenderungan ini berlangsung secara berkelanjutan dari masa
tradisional sampai dengan masa kononial dan masa Indonesia merdeka. Tidak lain, karena
tradisi Santri dan Kyahi, bukan hanya menjadi segmen sosial-kultural, melainkan juga
menjadi basis kekuatan sosial dan politik. Dari perspektif historis dapat ditunjukkan bahwa
tradisi Santri secara berkelanjutan telah menjadi basis kekuatan sosial politik pada masa awal
pendirian kerajaan Islam Demak, Cirebon dan Banten di daerah pesisir utara Jawa dan pada
masa kerajaan Mataram Islam di daerah pedalaman Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kulo Aturi komen

komentar pembaca

Kulo Aturi Komen

Pengikut