Bagaimana ikhtiar kita membuat hati tidak dengki dendam dan tidak berbuat zalim? Jawaban sementara : Ikhitiar menjauhi watak dengki dan perbuatan zalim itu ialah dengan menanam dan menumbuhkan kesadaran bahwa dengki dan zalim itu perbuatan Jahiliyah harus dijauhi dan segera berbuat yang terpuji menyenangkan semua orang dengan niat yang suci tanpa pamrih Lillahi Ta’ala penuh taqwa dan amal soleh.
Watak dengki dan perbuatan zalim itu menurut ilmu jiwa termasuk perbuatan yang negative, sebaliknya amal soleh itu termasuk perbuatan yang positif.
Dr Paryana dari AMY (Akademi Metafisika Yogya) dalam tulisannya Aplied psychology menyatakan bahwa jiwa itu ada dua macam, yaitu jiwa positip dan jiwa negatip. Jiwa itu bergetar terus menerus, getaran jiwa yang positip menghasilkan pikiran-pikiran yang positip sedangkan getaran jiwa yang negatip menghasilkan pikiran yang negatip.
Jiwa yang positip ialah jiwa yang membangun pikiran yang membawa segala kesuksesan. Semua pikiran yang bergelombang dengan kecintan, kebahagiaan, kegembiraan, kesehatan dan keberuntungan serta keberhasilan itulah jiwa yang positip. Dengan kata lain maka yang disebut jiwa positip itu ialah semua yang baik, jiwa negatip ialah yang jelek, buruk dan jahat. Wajah dari jiwa yang positip akan memancarkan sinar yang menarik orang menjadi senang dan gembira. Jadi definisi BAIK itu ialah sesuatu yang menyenangkan diri dan menyenangkan semua orang di manapun juga dalam semua jaman. Sehingga diri dan seluruh masyarakat menjadi senang dari apa yang positif apa yang baik itu.
Sebaliknya jiwa yang negatip bergerak untuk merusak dan melawan kesuksesan dan kebajikan. Semua pikiran yang jahat, merugikan orang banyak, dengki, irihati dan kezaliman itu menyusahkan orang banyak, menyedihkan, menyakiti orang lain, yang menyebabkan kemelaratan, mengakibatkan kegagalan, ke-kelemahan, kemunduran semua ini adalah pikiran yang negatif. Dan ini akan menumbuhkan perasaan orang lain menjadi antipati, tidak senang, menimbulkan gerakan untuk menentang, melawan pikiran-pikiran yang negatif itu. Jiwa yang negatip itu menampakkan pandangan yang tidak menarik, , meresahkan, kebencian, menimbulkan pertengkaran dan perkelaian.
Kaum rasionalis Islam Mu’tazilah dam juga Muhammad ‘Abduh berpendapat bahwa yang disebut baik itu ialah sesuatu yang membawa manusia kepada kelezatan dan kebahagiaan, sebaliknya yang disebut buruk itu ialah sesuatu yang membawa akibat yang tidak enak dan menyengsarakan manusia.
Dan disebabkan karena manusia itu bersifat tidak sempurna hasil pikiran manusia yang indrawi, ilmiah dan filosfis itu sangat tergantung oleh sifat manusia yang spekulatip kalau bejo ya untung jika salah ya celaka dan akal manusia itu juga bersifat hipotetis artinya bahwa selama belum ada bukti baru ya benar, tetapi jika ada bukti baru maka kebenaran tadi salah dan kalah dengan yang baru ini.
Maka benar yang mutlak yang tidak dapat dikalahkan itu ialah ilmu Allah, untuk kita orang Islam ialah Al-Quran.
Memang Allah Ta’ala berkehendak agar supaya manusia dapat hidup dan hidup terus, hidup yang lebih baik lagi, makin lama makin baik, hidup yang selamat, jauh dari penderitaan, selamat dari kesengsaraan, hidup sejahtera serba kecukupan segala kebutuhan hidupnya secara universal, aman sentosa, damai bahagia untuk seluruh umat manusia, di mana saja dan kapanpun juga, kekal abadi, dunia akhirat maka Allah memberi wahyu petunjuk hidup supaya diikuti dan ditaatinya, maka dari itu Allah mengirim nabi dan rasul utusan-Nya sedangkan nabi terakhir–rasul penghabisan ialah Nabi Muhammad Saw. Bertugas supaya membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk Allah Ta’ala ke arah hidup yang selamat, sejahtera bahagia dunia akhirat.
Sayogyanya kita renungkan dampak akibat perbuatan yang disebabkan sifat dengki dan perbuatan zalim misanya saja jika seseorang memulai sesuatu urusan dengan marah-marah, ditengah jalan muring-muring di tempat kerja pikiran tidak dapat berkonsentrasi, pikiran tidak tenang, kerjanya jelek sekali, pulang sampai di rumah mengamuk sepatu naik ke meja, memecah kaca, almari dirobohkan, memukul apa yang ada di mukanya, siapa yang di rumah disiksa ………… maka tinggal tunggu kiamat dalam rumah itu, semua anggota isi rumah menjadi sedih, susah, sakit, TBC, darah tinggi, kanker.
Usaha agar supaya kondisi kita dapat hidup dengan aman damai sejatera bahagia untuk diri dan orang lain secara menyeluruh semua orang ialah bertakwa kepada Allah, menjauhi perasaan iri, dengki dan menjauhi laku perbuatan zalim serta laku perbuatan yang negatif sekaligus menggalakkan semangat tumbuhnya perasan kasih sayang maupun amal soleh. Asas landasan ini namanya takwa kepada Allah Swt.
@Kitab Lisanul ‘Arab (15h401) mengartikan Taqwa itu laku perbuatan mencegah diri dari penyebab derita sakit yang menyerang, maka Taqwasering diartikan takut maksudnya ialah takut berbuat salah takut terjerumus ke-dalam derita sakit.. Jadi Taqwa itu ialah menjadikan diri terjaga dari apa yang dikawatirkan dari apa yang ditakutkan akan mendatangkan derita, menjaga diri dari penyebab kehancuran dan bencana. Menurut pengertian syara’ taqwa itu menjaga diri dari perbuatan dosa, sedangkan dosa itu akan membawa diri masuk neraka. Takut terjerumus masuk jalan ke neraka caranya ialah melakukan ketaatan dan melakukan amal soleh serta taqarrub kepada Allah.
Taqwa menurut bahasa ialah usaha mencegah semua yang salah dan negatip sekaligus berjuang menegakkan apa yang benar dan yang positif. Dengan kata lain takwa itu berbuat baik dan benar meninggalkan yang buruk dan salah, Taqwa itu melakukan amal soleh, amar ma’ruf nahi munkar, menjauhi perbuatan dosa kepada manusia dan dosa kepada Allah.
Ditambahkan lagi bahwa taqwa ialah menjauhi perbuatan dosa, sedangkan dosa ialah sesuatu yang tidak diridhoi Allah. Sehingga Taqwa itu ialah melakukan perbuatan yang diridhoi Allah, jelas semua yang diridhoi Allah itu akan membawa bahagia seluruh umat manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan bahkan semua makhluk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kulo Aturi komen